Manusia adalah makhluk sosial yang tidak luput dari berbagi interaksi antar sesama. lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari kalian, dan jangan melihat orang yang di atas kalian. Melihat ke bawah akan membuat kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan-Nya kepada kalian (HR. Muslim).Mengkaji berbagai persoalan sosial sebenarnya banyak sekali yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, contoh yang akan saya bahas kali ini adalah "Pandangan mengenai Anak Jalanan".seringkali kita merasa sekedari simpati bukan empati yang kita pikirkan hanya karena merasa terbebani dengan masalah-masalah yang sebagian kecil menimpa individu, sampai kita kurang begitu peduli dengan hal-hal yang sering kali kita lihat. Persoalan anak jalanan kini kian marak akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Berbagai kota besar, nyaris di setiap perempatan atau lampu
merah dengan mudah disaksikan jumlah anak jalanan terus tumbuh dan berkembang,
meski sebenarnya sudah cukup banyak upaya dilakukan, baik oleh pemerintah
maupun LSM, untuk mengurangi jumlah anak yang hidup di jalanan. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota
Depok mencatat jumlah anak terlantar di Depok meningkat yakni tahun 2012
sebanyak 49 anak sementara tahun 2011 hanya 30 anak.
Kasi Neraca Wilayah dan Analisis BPS Kota Depok Bambang dalam
(Sindonews: 2013) mengatakan,
kebanyakan anak-anak terlantar disebabkan adanya faktor ekonomi keluarga. Namun
ada pula yang disebabkan karena mereka lebih senang hidup di jalanan.
Anak Jalanan di Kota Depok memang kebanyakan adalah
pendatang, Bambang
dalam
(Sindonews: 2013) menambahkan,
untuk jumlah anak jalanan, cenderung turun karena adanya program razia yang
gelar dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Tahun 2012 hanya ada 336 anjal
menurun dari tahun 2011 yakni 430 anjal. Bagi
anak-anak jalanan, keterlibatan mereka dalam perekonomian sektor informal
biasanya membuahkan rasa bangga dan layak karena kemampuannya menyumbang kepada
kelangsungan hidup keluarganya. Contohnya bekerja sebagai pedagang asongan di
stasiun, terminal, menjajakan koran, menyemir sepatu, mencari barang bekas atau
sampah, mengamen diperempatan lampu merah, tukang lap mobil, ojek payung, dan
tidak jarang pula ada anak-anak jalanan yang terlibat pada jenis pekerjaan
berbau kriminal. Seperti pekerja anak pada umumnya, anak jalanan tak jarang
mulai hidup di jalanan pada usia yang sangat belia. Namun hal ini juga terbukti pada
akhirnya menghilangkan minat anak pada sekolah karena keinginan untuk
mendapatkan uang lebih banyak.
Hak anak jalanan salah satunya adalah memperoleh pendidikan
yang layak seperti yang tertera pada Undang-Undang Pasal 31 ayat (1) bahwa
pendidikan merupakan hak bagi setiap warga Negara. Tetapi untuk menangani
permasalahan anak jalanan harus diakui bukanlah hal yang mudah. Selama ini,
berbagai upaya sebenarnya telah dilakukan, baik oleh LSM, pemerintah,
organisasi profesi, dan sosial maupun orang per orang untuk membantu anak
jalanan keluar atau paling tidak sedikit mengurangi penderitaan mereka.
Dalam Konvensi Hak Anak yang telah diratifikasi oleh
Pemerintah Indonesia disebutkan dan diakui bahwa anak-anak pada hakikatnya
berhak untuk memperoleh pendidikan yang layak dan mereka seyogianya tidak
terlibat dalam aktivitas ekonomi secara dini seperti yang tertuang dalam
menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Namun, karena semuanya dilakukan
secara temporer, segmenter, dan terpisah, maka hasilnya pun kurang maksimal.
Berdasarkan
hasil pengamatan terhadap pendidikan anak jalanan bahwa peran serta relawan dalam pembelajaran keterampilan hidup sangat
berperan dalam pembentukan kinerja motorik, afektif, dan kognitif anak. Menurut
Taksonomy Bloom yang
diterjemahkan oleh (Utari, Retno 2016: 3), kemampuan kognitif merupakan
kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Faktor
dasar yang berpengaruh menonjol pada kemampuan kognitif dapat dibedakan dalam
bentuk lingkungan alamiah dan lingkungan yang dibuat. Tujuan afektif mengenai perkembangan
sikap, perasaan, nilai-nilai yang disebut juga perkembangan moral. Sedangkan tujuan psikomotorik adalah
menyangkut perkembangan keterampilan yang mengandung unsur-unsur motorik
sehingga anak mengalami perkembangan yang maju dan positif.
Kemampuan
kognitif anak jalanan dalam pembelajaran yaitu
anak bukan hanya memperoleh ilmu akademik saja tetapi juga non akademik
sedangkan kemampuan afektif, anak banyak memperoleh ilmu bagaimana cara
menghargai orang yang lebih tua, menghargai karya sendiri maupun orang lain,
dan lain sebagainya. Kemampuan motorik adalah kemampuan yang sangat berperan
dalam pembentukan perkembangan murid mulai dari penguasaan teknik dan prosedur
dalam pembuatan sebuah keterampilan. Misalnya dalam pembelajaran life skill membuat manik-manik, tempat
sampah yang hasilnya akan dijual untuk kesinambungan dalam pembelian alat serta
bahan untuk pembelajaran berikutnya.
Anak jalanan di salah satu sekolah X termasuk kedalam kelompok children on the street yang dinyatakan oleh Suyanto
(2010: 201) yakni, anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja
anak di jalan, namun masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua
mereka. Sebagaian penghasilan mereka di jalan diberikan kepada orangtuanya. Dari beberapa data yang diperoleh anak jalanan dalam aktivitas sehari-hari mereka melakukan kegiatan rutinitas yaitu memulai pagi hari dengan bersekolah, siang harinya mereka melakukan aktivitas seperti mengaji, membantu orangtua dalam artian melakukan pekerjaan yang seharusnya belum kewajiban mereka seperti, berjualan tisu, berjualan kantong plastik, memulung dll, ketika malam mereka pulang dengan membawa hasil jerih payah mereka. Ada pula ketika waktu menjelang malam mereka baru melakukan aktivitas mereka di jalanan sampai larut malam. Tidak disangka apa yang mereka lakukan adalah hasil kemauan mereka sendiri untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, dikarenakan kurangnya kebutuhan mereka.
Mengenai SDM adalah kurangnya
pemahaman guru mengenai ilmu mengajar sebab guru mayoritas
berlatarbelakang sebagai ibu rumah tangga. Faktor dari fasilitas yaitu
alat dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran life skill kurang memadai, karena guru yang menyediakan bahan memakai
tabungan mereka pribadi. Faktor dari lingkungan keluarga yaitu
kurangnya peran orangtua. Karena pada dasarnya keluarga, sekolah, dan
masyarakat adalah satu keutuhan lingkungan yang tidak bisa dilepaskan pada
aktivitas anak-anak. Lingkungan keluarga yaitu orangtua yang kurang peduli
terhadap perkembangan serta kebutuhan anak.
Temuan
penelitian mengenai relawan di sekolah X adalah sekolah tidak
menuntut ketentuan apa-apa mengenai kriteria relawan yang harus mengajar di
sekolah tersebut dikarenakan memang kurangnya Sumber Daya Manusia terutama
untuk guru, sekolah hanya mengharapkan bagi setiap guru untuk konsisten dalam
mengajar serta mendidik murid agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Mereka menganggap sebuah tantangan untuk mengajar dan
menjadikan murid mereka menjadi lebih bisa. Walaupun tidak ada upah yang mereka terima disetiap bulannya,
tapi mereka ikhlas untuk mengajar serta mendidik anak-anak.
Guru relawan ada juga yang hanya mengajar satu minggu sekali, mereka
kurang begitu mengenal kondisi setiap murid di karenakan mereka tidak selalu ada di sekolah, terkadang waktu mereka mengajar seminggu sekali
pun hanya satu kelas atau ada halangan untuk mengajar. Menjadikan murid tidak
selalu belajar pembelajaran. Mengenai peran guru relawan dalam pembelajaran terlihat dari adanya kontribusi relawan dalam bentuk materi maupun non materi dalam artian tenaga.
Menurut
Irene (2008: 36) relawan adalah seorang atau sekelompok orang yang secara
ikhlas karena panggilan nuraninya memberikan apa yang dimilikinya (pikiran,
tenaga, waktu, harta, dan yang lainnya) kepada masyarakat sebagai perwujudan
tanggung jawab sosialnya tanpa mengharapkan pamrih baik berupa imbalan (upah),
kedudukan, kekuasaan, ataupun kepentingan maupun karir. Kadang kala relawan datang membantu untuk mengajar seperti mahasiswa,
mereka pun tidak bertahan lama. Kondisi tersebut berdampak pada terhambatnya
proses pembelajaran murid.
Kondisi yang telah dipaparkan adalah salah satu dari berbagai sudut pandang mengenai ekonomi anak jalanan dan peran serta relawan dalam memberikan loyalitas terhadap masalah sosial yang kian serta mengkhawatirkan.
No comments:
Post a Comment