Anak jalanan, tekyan,
arek kere, anak gelandangan atau kadang disebut juga secara eufemistis sebagai
anak mandiri usulan Rano Karno tatkala ia menjabat sebagai Duta Besar UNICEF dalam
Suyanto (2010: 199), sesungguhnya mereka adalah anak-anak yang tersisih,
marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam
usia yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang
keras, dan bahkan sangat tidak bersahabat. Mulandar dalam Suyanto (2010: 212) anak
jalanan pada dasarnya adalah anak-anak marginal di perkotaan yang mengalami
proses dehumanisasi. Mereka bukan saja harus mampu bertahan hidup dalam suasana
kehidupan kota yang keras, tidak bersahabat dan tidak kondusif bagi proses
tumbuh kembang anak. Di berbagai sudut kota, sering terjadi, anak jalanan harus
bertahan hidup dengan cara-cara yang secara sosial kurang atau bahkan tidak
dapat diterima masyarakat umum. Sekedar untuk menghilangkan rasa lapar dan
keterpaksaan untuk membantu keluarganya. Tidak jarang pula mereka dicap sebagai
pengganggu ketertiban dan membuat kota menjadi kotor, sehingga yang namanya
razia atau penggarukan bukan lagi hal yang mengagetkan mereka.
Suyanto (2010: 200) mengatakan marginal, rentan, dan eksploitatif
adalah istilah-istilah yang sangat tepat untuk menggambarkan kondisi dan
kehidupan anak jalanan. Marginal karena mereka melakukan jenis pekerjaan yang
tidak jelas jenjang kariernya, kurang dihargai, dan umumnya juga tidak
menjanjikan prospek apapun di masa depan. Rentan karena risiko yang harus
ditanggung akibat jam kerja yang sangat panjang benar-benar dari segi kesehatan
maupun sosial sangat rawan. Adapun disebut eksploitatif karena mereka biasanya
memiliki posisi tawar-menawar (bargaining
position) yang sangat lemah, tersubordinasi, dan cenderung menjadi objek
perlakuan yang sewenang-wenang dari ulah preman atau oknum aparat yang tidak
bertanggung jawab.
Definisi diatas, penulis menyimpulkan
bahwa, anak jalanan merupakan anak yang hidup di kota besar dan melakukan jenis
pekerjaan yang tidak menentu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
b.
Pengelompokkan
Anak Jalanan
Pekerja anak (child labour), anak jalanan sendiri sebenarnya bukanlah kelompok
yang homogen. Farid dalam Suyanto
(2010: 200). Mereka cukup beragam, dan
dapat dibedakan atas dasar pekerjaannya, hubungannya dengan orang tua atau
orang dewasa terdekat, waktu dan jenis kegiatannya di jalanan, serta jenis
kelaminnya. Menurut Surbakti dkk, dalam Suyanto (2010: 200), berdasarkan hasil
kajian di lapangan, secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam tiga
kelompok.
1) Children
on the street,
yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak di jalan,
namun masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Sebagian
penghasilan mereka di jalan diberikan kepada orang tuanya Soedijar dan Sanusi dalam
Suyanto (2010: 201). Fungsi anak jalanan pada kategori ini adalah untuk
membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan
kemiskinan yang mesti ditanggung tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua
orang tuanya.
2) Children
of the street, yakni
anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial maupun
ekonomi. Beberapa diantara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tuanya,
tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu. Banyak di antara mereka adalah
anak-anak pada kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara
sosial-emosional, fisik maupun seksual.
3) Children
from families of the street, yakni anak-anak yang berasal dari keluarga
yang hidup di jalanan. Walaupun anak-anak ini mempunyai hubungan kekeluargaan
yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang-ambing dari satu tempat ke
tempat yang lain dengan segala risikonya. Salah satu ciri penting dari kategori
ini adalah pemampangan kehidupan jalanan sejak anak masih bayi bahkan sejak
masih dalam kandungan. Di Indonesia, kategori
ini dengan mudah ditemui di berbagai kolong jembatan, rumah-rumah liar
sepanjang rel kereta api, dan sebagainya. Walaupun secara kuantitatif jumlahnya
belum diketahui secara pasti.
Menurut penulis anak jalanan adalah anak-anak marginal yang
tertinggal, mereka hidup di tengah perkotaan dan melakukan jenis pekerjaan
untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, serta membantu perekonomian keluarga.
Mereka biasanya mudah ditemui di berbagai pinggir jalan maupun lampu lalu
lintas. Sedangkan murid di SD master Depok termasuk ke dalam
kelompok anak jalanan Children on the street.
No comments:
Post a Comment