1.
Ki Hajar Dewantara membedakan lingkungan
pendidikan menjadi tiga (Tri Pusat pendidikan) yaitu:
a. Keluarga
b. Masyarakat
c. Sekolah
Analisis
saya tentang Tri Pusat Pendidikan dalam hubungan dengan perkembangan
intelektual dan moral peserta didik yang telah dikemukakan oleh Ki Hajar
Dewantara adalah ketiganya sangat berpengaruh, yang pertama adalah keluarga,
karena keluarga adalah tempat anak diasuh dan dibesarkan, berpengaruh besar
dalam perkembangan anak baik perkembangan intelektual dan moral peserta didik.
Sementara tingkat pendidikan orang tua juga besar berpengaruh terhadap
perkembangan intelektual peserta didik, anak yang dibesarkan dalam lingkungan
keluarga yang berpendidikan akan berbeda intelektualnya dengan anak yang
berasal dari keluarga yang berpendidikan kurang. Sedangkan anak yang berasal
dari keluarga orang-orang baik, maka anak akan memiliki moral yang baik pula.
Semuanya berasal dari bagaimana kondisi keluarga yang dapat membentuk anak
ingin dibawa kemana, karena dalam kata tabula rasa yang dinyatakan oleh John
Locke adalah “Anak seperti kertas putih”. Keluarga laah yang membentuk anak
akan menjadi seperti apa, dan bagaimana.
Yang
Kedua adalah Masyarakat. Hubungan masyarakat dengan perkembangan intelektual
dan moral peserta didik karena lingkungan masyarakat adalah lingkungan tempat
tinggal anak. Mereka juga termasuk teman-teman anak diluar sekolah. Kondisi
orang-orang di lingkungan desa atau kota tempat tinggal anak juga turut
mempengaruhi perkembangannya, seperti perkembangan intelektual dan moral
peserta didik (Ki Hajar Dewantara).
Anak-anak
yang dibesarkan di kota berbeda pola pikirnya/perkembangan intelektualnya
dengan anak yang tinggal di desa. Anak kota umumnya lebih bersikap dinamis dan
aktif bila dibandingkan anak desa yang cenderung bersikap statis dan lamban.
Semua perbedaan akibat pengaruh dari lingkungan masyarakat yang berbeda antara
kota dan desa.
Sedangkan
dalam moral antara peserta didik yang berada di kota, yaitu biasanya moral anak
kurang bagus, akibat kondisi masyarakat yang sudah terpengaruh akibat pergaulan
globalisasi. Sedangkan pada peserta didik yang berada di desa biasanya moral
anak cenderung baik, akibat kondisi masyarakat dan lingkungannya yang masih
kentalnya nilai-nilai gotong royong, sopan santun, dll.
Yang
ketiga adalah lingkungan sekolah. Hubungan lingkungan sekolah dengan
perkembangan intelektual dan moral peserta didik karena sekolah memegang
peranan penting dalam pendidikan, pengaruhnya besar sekali pada peserta didik,
maka disamping keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi
sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi anak.
Sekolah
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
terutama untuk kecerdasannya (Ki Hajar Dewantara). Anak yang tidak pernah sekolah
akan tertinggal dalam berbagai hal. Sekolah sangat berperan dalam meningkatkan
pola pikir anak, karena di sekolah mereka dapat belajar bermacam-macam ilmu
pengetahuan. Tinggi rendahnya pendidikan dan jenis sekolahnya turut menentukan
pola pikir atau perkembangan intelektual serta moral anak.
Anak
yang memasuki sekolah guru berbeda dengan kepribadiannya(moral) dengan anak yang masuk STM. Demikian pula
dengan yang tamat dari sekolah tinggi akan berbeda pola pikirnya atau
perkembangan intelektualnya dengan orang yang tidak bersekolah. Dari segi tata
bahasa maupun sikap dan perlakuannya.
2.
Teori perkembangan menurut Vygotsky. Vygotsky
dikenal sebagai seorang ahli psikologi pendidikan yang memperkenalkan teori
sosiobudaya. Teori ini juga merupakan teori gabungan antara kognitif dan
sosial. Teorinya ini juga menyatakan bahwa perkembangan kanak-kanak bergantung
kepada interaksi kanak-kanak dengan orang ada di sekitarnya yang menjadi alat
penyampaian sesuatu budaya yang membantu mereka membina pandangan tentang
sekelilingnya.
Maksudnya
adalah guru sangat besar berpengaruh kepada perkembangan anak, karena orang tua
kedua bagi anak yaitu guru. Seorang guru harus aktif, harus lebih memahami
psikologis peserta didiknya. Apa yang disampaikan guru harus jelas agar dapat
diterima oleh peserta didik.
Dalam
mengucap dan berperilaku yang dilakukan guru, itulah yang akan diterapkan oleh
peserta didik.
Karena
dalam pribahasa pun mengatakan bahwa “Guru kecing berdiri, murid kencing
berlari”.
Ada
dua hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pernan guru, yaitu persepsi
dan kebudayaan. Persepsi secara sederhana merupakan cara untuk memandang atau
menginterprestasikan apa yang ada disekeliling. Persepsi guru terhadap anak
akan sangat berpengaruh bagaimana guru akan berperan nantinya. Contohnya guru
yang menggangap anak-anak adalah anak yang kuat, energik, unik. Maka guru akan
menempatkan dirinya sebagai mitra, pengamat, pembimbing, pengarah dan juga
pendukung. Peserta didik akan menentukan pembelajaran sesuai dengan minatnya,
guru sekedar mengamati dan mendorong pada saat anak kehilangan minatnya.
Yang
kedua adalah budaya, seorang guru bisa mengapresiasi budaya setempat menjadi
ikon yang bisa dibanggakan dan tidak memisahkan budaya dengan pendidikan.
No comments:
Post a Comment