Tuesday, April 7, 2020

10 Kain Tradisional Indonesia


  1.       BATIK

           Kain tradisional Indonesia yang satu ini sudah berkali-kali diklaim oleh Negara tetangga kita. Padahal jika kita telusuri jelas-jelas kata batik adalah dari bahasa Jawa. Batik berasal dari kata “Amba” yang dalam bahasa Jawa artinya menulis dan “titik” yang artinya titik. Pada awalnya batik dibuat di atas kain mori lalu digambar dengan menggunakan lilin dengan canting. Motif atau corak batik bukan hanya sekedar indah, namun juga mengandung berbagai lambang dan makna masing-masing. Beberapa motif batik bahkan hanya digunakan oleh keluarga keraton. Batik tidak melulu hanya batik Jogja. Ada juga batik Solo, batik Banyumas, batik Pekalongan, batik Bali, dan lainnya.

2. ULOS

           Ulos adalah kain tradisional Indonesia yang dikembangkan oleh masyarakat Batak. Ulos dibuat dengan cara ditenun. Dalam tradisi masyarakat Batak, ulos ada dalam berbagai peristiwa penting, mulai dari pernikahan, kelahiran, dan duka cita. Ulos juga kadang diberikan kepada ibu yang sedang mengandung untuk melindungi sang ibu dari segala marabahaya dan mempermudah lahirnya sang bayi. Nenek moyang orang Batak percaya bahwa salah satu hal yang memberi kehidupan bagi tubuh manusia adalah kehangatan. Memekai ulos dapat memberikan kehangatan itu. Warna dominan pada ulos adalah merah, hitam, dan putih yang dihiasi beragam tenunan dari benang emas atau perak. Sangat disayangkan bahwa ada beberapa jenis ulos yang sudah punah. Seperti ulos raja, ulos ragi botik, ulos gobar, ulos saput, dan ulos sibolang.

3. TENUN IKAT


            Tenun ikat merupakan kain tradisional Indonesia berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke zat pewarna alami. Sebelum ditenun, helai-helai benang diikat dengan plastik atau tali sesuai dengan corak yang akan dibuat sehingga pada saat dicelup bagaian benang yang diikat plastik atau tali tidak akan terwarnai. Alat tenun yang digunakan adalah alat tenun tanpa mesin. Beberapa daerah di Indonesia yang terkenal dengan kain tenun ikatnya adalah Toraja, Sintang, Jepara, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, dan Timor.

4. KAIN GRINGSING

            Kain gringsing adalah satu-satunya kain tradisional Indonesia yang dibuat menggunakan teknik dobel ikan. Keseluruhan prosesnya dikerjakan dengan tangan. Proses pembuatannya membutuhkan waktu 2-5 tahun. Kain gringsing berasal dari Tenganan, Bali. Gringsing berasal dari kata “gring” yang artinya sakit dan “sing” yang artinya tidak. Makananya adalah seperti penolak bala dan untuk menyembuhkan penyakit. Berdasarkan kepercayaan  masyarakat setempat, adanya kain gringsing ini berawal dari Dewa Indra yang kagum akan keindahan langit di malam hari. Dewa Indra lalu mengajarkan para anita Tenganan untuk menguasai teknik menenun gringsing yang melukisakan dan mengabadikan keindahan binatang, bulan, matahari, dan hamparan langit lainnya.

5. SONGKET

          Songket adalah kain tradisional khas Melayu dan Minangkabau yang tergolong keluarga tenunan brokat. Songket ditenun meggunakan tangan dengan benang emas dan perak. Kata “Songket” sendiri berasal dari istilah “sungkit” dalam bahasa Melayu yang artinya “mengait”. Hal ini sesuai dengan metode pembuatannya, yaitu dengan mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun, kemudian menyelipkan benang emas. Songket memiliki berbagai motif tradisional yang merupakan ciri khas budaya setempat beberapa motif songket antara lain saik kalamai, buah palo, barantai putiah, dan barantai merah. Selain itu, masih banyak motif songket yang belum dipatenkan.

6. SASIRANGAN

            Sasaringan merupakan kain tradisional suku Banjar, Kalimantan Selatan. Pembuatan kain di Kampung Sasirangan Kecamatan Banjarmasin Tengah. Kata “sasirangan” berasal dari kata “sirang” artinya diikat atau dijahit dengan tangan dan ditarik benangnya. Kain mori atau katun digambari motif khas lalu dijelujur berdasarkan motif yang sudah dibuat. Ciri khas kain sasaringan terletak pada coraknya yang sangat menunjukkan corak khas Kalimantan. Saat ini ada sekitar 30 motif sasaringan, antara lain bayam raja, naga balimbur, kulat ka rikit, daun taruju.

7. TAPIS

           Kain Tapis adalah salah satu kerajinan tradisional masyarakat Lampung, sebagai usaha mereka untuk menyelaraskan kehidupan dengan alam semesta dan juga Sang Pencipta. Kain tapis disulam dengan menggunakan peralatan tradisional. Pada zaman dahulu kain tapis disulam oleh gadis-gadis Lampung di rumah mereka. Pengerjaannya bisa memakan waktu berbulan-bulan dan hasilnya menjadi cerminan kepribadian mereka. Kain berwarna gelap dari hasil pewarna alami disulam dengan benang emas. Umumnya, kain tapis memiliki motif zigzag, piramida, flora, fauna.

8. KAIN BESUREK

         Kain besurek merupakan kain tradisional Indonesia yang berasal dari Bengkulu. Besurek artinya “besurat” atau “bertuliskan”. Penamaan ini dikarenakan motif batik besurek yang sangat khas berupa motif huruf arab gundul (kaligrafi). Motif ini terpengaruh unsur kebudayaan islam. Hal inilah yang membedakan besurek dengan batik Jawa. Walaupun demikian, proses pembuatan kain besurek tidak berbeda dengan pembuatan batik Jawa. Untuk pewarnaan, kain besurek pun memiliki warna yang lebih cerah dan beragam.

9. TENUN DAYAK

        Dimasa lalu, selesai berladang, para wanita Dayak akan mengisi waktu luangnya dengan menenun. Tenun Dayak dibuat dengan menggunakan alat yang disebut gedok. Proses pengerjaannya pun menggunakan cukup lama, bisa memakan waktu hingga bulanan. Pewarnaan pun menggunakan bahan pewarna alami. Kain tenun Dayak memiliki motif flora dan fauna dari alam sekitar mereka. Motifnya sangat khas Kalimantan. Beberapa tenun Dayak antara lain kebat memiliki motif asimetris atau motif alam, sidan yang memiliki warna terang dan cerah, sungket yang memiliki motif garis besar dan tegas. Kain kebat, sidan, dan sungket ini biasa dipakai oleh suku Dayak Iban di Kalimantan Barat. Kain tenun Dayak sangat digemari oleh wisatawan  mancanegara.

10. SUTRA BUGIS

           Kain sutra Bugis ditenun dari benang yang dihasilkan dari ulat sutera atau kokon, sebagaimana masyarakat setempat menyebutnya. Sarung sutra Bugis pada awalnya hanya digunakan sebagai padanan baju bodo (pakaian tradisional Sulawesi Selatan). Jika diperhatikan, sarung sutra Bugis memiliki motif kotak-kotak yang berbeda-beda. Beda ukuran kotak mengandung arti yang berbeda. Dahulu, motif kotak-kotak ini menjadi penunjuk apakah sesorang Bugis sudah menikah atau belum. Kotak berukuran kecil dengan berwarna cerah dinamakan motif Ballo Renni. Motif ini dipakai oleh wanita yang belum menikah. Sedangkan kotak berukuran lebih besar dengan warna merah terang atau merah keemasan dinamakan motif Balo lobang. Motif ini digunakan oleh pria Bugis yang belum menikah. Selain dua motif tersebut, ada juga beberapa motif sarung sutra bugis lainnya.

Kain tradisional Indonesia tidak hanya 10 yang telah dipaparkan diatas. Masih banyak kain tradisional lainnya yang tidak kalah cantik dan indah. Kain tradisional Indonesia, selain dapat dijadikan koleksi berharga, juga dapat digunakan pada saat menghadiri acara-acara penting. Cintai keberagamaan dan kekayaan Indonesia. Agar tidak ada lain klaim oleh Negara lain.

No comments:

Post a Comment