- BATIK
Kain tradisional
Indonesia yang satu ini sudah berkali-kali diklaim oleh Negara tetangga kita.
Padahal jika kita telusuri jelas-jelas kata batik adalah dari bahasa Jawa.
Batik berasal dari kata “Amba” yang dalam bahasa Jawa artinya menulis dan “titik”
yang artinya titik. Pada awalnya batik dibuat di atas kain mori lalu digambar
dengan menggunakan lilin dengan canting. Motif atau corak batik bukan hanya
sekedar indah, namun juga mengandung berbagai lambang dan makna masing-masing.
Beberapa motif batik bahkan hanya digunakan oleh keluarga keraton. Batik tidak
melulu hanya batik Jogja. Ada juga batik Solo, batik Banyumas, batik
Pekalongan, batik Bali, dan lainnya.
2. ULOS
Ulos adalah kain
tradisional Indonesia yang dikembangkan oleh masyarakat Batak. Ulos dibuat
dengan cara ditenun. Dalam tradisi masyarakat Batak, ulos ada dalam berbagai
peristiwa penting, mulai dari pernikahan, kelahiran, dan duka cita. Ulos juga
kadang diberikan kepada ibu yang sedang mengandung untuk melindungi sang ibu
dari segala marabahaya dan mempermudah lahirnya sang bayi. Nenek moyang orang
Batak percaya bahwa salah satu hal yang memberi kehidupan bagi tubuh manusia
adalah kehangatan. Memekai ulos dapat memberikan kehangatan itu. Warna dominan
pada ulos adalah merah, hitam, dan putih yang dihiasi beragam tenunan dari
benang emas atau perak. Sangat disayangkan bahwa ada beberapa jenis ulos yang
sudah punah. Seperti ulos raja, ulos ragi botik, ulos gobar, ulos saput, dan
ulos sibolang.
Tenun ikat
merupakan kain tradisional Indonesia berupa kain yang ditenun dari helaian
benang pakan yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke zat pewarna alami.
Sebelum ditenun, helai-helai benang diikat dengan plastik atau tali sesuai
dengan corak yang akan dibuat sehingga pada saat dicelup bagaian benang yang
diikat plastik atau tali tidak akan terwarnai. Alat tenun yang digunakan adalah
alat tenun tanpa mesin. Beberapa daerah di Indonesia yang terkenal dengan kain
tenun ikatnya adalah Toraja, Sintang, Jepara, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores,
dan Timor.
Kain gringsing
adalah satu-satunya kain tradisional Indonesia yang dibuat menggunakan teknik
dobel ikan. Keseluruhan prosesnya dikerjakan dengan tangan. Proses pembuatannya
membutuhkan waktu 2-5 tahun. Kain gringsing berasal dari Tenganan, Bali. Gringsing
berasal dari kata “gring” yang artinya sakit dan “sing” yang artinya tidak.
Makananya adalah seperti penolak bala dan untuk menyembuhkan penyakit.
Berdasarkan kepercayaan masyarakat
setempat, adanya kain gringsing ini berawal dari Dewa Indra yang kagum akan
keindahan langit di malam hari. Dewa Indra lalu mengajarkan para anita Tenganan
untuk menguasai teknik menenun gringsing yang melukisakan dan mengabadikan
keindahan binatang, bulan, matahari, dan hamparan langit lainnya.
Songket adalah
kain tradisional khas Melayu dan Minangkabau yang tergolong keluarga tenunan
brokat. Songket ditenun meggunakan tangan dengan benang emas dan perak. Kata
“Songket” sendiri berasal dari istilah “sungkit” dalam bahasa Melayu yang artinya
“mengait”. Hal ini sesuai dengan metode pembuatannya, yaitu dengan mengaitkan
dan mengambil sejumput kain tenun, kemudian menyelipkan benang emas. Songket
memiliki berbagai motif tradisional yang merupakan ciri khas budaya setempat
beberapa motif songket antara lain saik kalamai, buah palo, barantai putiah,
dan barantai merah. Selain itu, masih banyak motif songket yang belum
dipatenkan.
Sasaringan
merupakan kain tradisional suku Banjar, Kalimantan Selatan. Pembuatan kain di
Kampung Sasirangan Kecamatan Banjarmasin Tengah. Kata “sasirangan” berasal dari
kata “sirang” artinya diikat atau dijahit dengan tangan dan ditarik benangnya.
Kain mori atau katun digambari motif khas lalu dijelujur berdasarkan motif yang
sudah dibuat. Ciri khas kain sasaringan terletak pada coraknya yang sangat
menunjukkan corak khas Kalimantan. Saat ini ada sekitar 30 motif sasaringan,
antara lain bayam raja, naga balimbur, kulat ka rikit, daun taruju.
Kain Tapis
adalah salah satu kerajinan tradisional masyarakat Lampung, sebagai usaha
mereka untuk menyelaraskan kehidupan dengan alam semesta dan juga Sang
Pencipta. Kain tapis disulam dengan menggunakan peralatan tradisional. Pada
zaman dahulu kain tapis disulam oleh gadis-gadis Lampung di rumah mereka.
Pengerjaannya bisa memakan waktu berbulan-bulan dan hasilnya menjadi cerminan
kepribadian mereka. Kain berwarna gelap dari hasil pewarna alami disulam dengan
benang emas. Umumnya, kain tapis memiliki motif zigzag, piramida, flora, fauna.
Kain besurek
merupakan kain tradisional Indonesia yang berasal dari Bengkulu. Besurek
artinya “besurat” atau “bertuliskan”. Penamaan ini dikarenakan motif batik
besurek yang sangat khas berupa motif huruf arab gundul (kaligrafi). Motif ini
terpengaruh unsur kebudayaan islam. Hal inilah yang membedakan besurek dengan
batik Jawa. Walaupun demikian, proses pembuatan kain besurek tidak berbeda
dengan pembuatan batik Jawa. Untuk pewarnaan, kain besurek pun memiliki warna
yang lebih cerah dan beragam.
Dimasa lalu,
selesai berladang, para wanita Dayak akan mengisi waktu luangnya dengan
menenun. Tenun Dayak dibuat dengan menggunakan alat yang disebut gedok. Proses pengerjaannya
pun menggunakan cukup lama, bisa memakan waktu hingga bulanan. Pewarnaan pun
menggunakan bahan pewarna alami. Kain tenun Dayak memiliki motif flora dan
fauna dari alam sekitar mereka. Motifnya sangat khas Kalimantan. Beberapa tenun
Dayak antara lain kebat memiliki motif asimetris atau motif alam, sidan yang
memiliki warna terang dan cerah, sungket yang memiliki motif garis besar dan
tegas. Kain kebat, sidan, dan sungket ini biasa dipakai oleh suku Dayak Iban di
Kalimantan Barat. Kain tenun Dayak sangat digemari oleh wisatawan mancanegara.
Kain sutra Bugis
ditenun dari benang yang dihasilkan dari ulat sutera atau kokon, sebagaimana
masyarakat setempat menyebutnya. Sarung sutra Bugis pada awalnya hanya
digunakan sebagai padanan baju bodo (pakaian tradisional Sulawesi Selatan). Jika
diperhatikan, sarung sutra Bugis memiliki motif kotak-kotak yang berbeda-beda. Beda
ukuran kotak mengandung arti yang berbeda. Dahulu, motif kotak-kotak ini
menjadi penunjuk apakah sesorang Bugis sudah menikah atau belum. Kotak berukuran
kecil dengan berwarna cerah dinamakan motif Ballo Renni. Motif ini dipakai oleh
wanita yang belum menikah. Sedangkan kotak berukuran lebih besar dengan warna
merah terang atau merah keemasan dinamakan motif Balo lobang. Motif ini
digunakan oleh pria Bugis yang belum menikah. Selain dua motif tersebut, ada
juga beberapa motif sarung sutra bugis lainnya.
Kain tradisional
Indonesia tidak hanya 10 yang telah dipaparkan diatas. Masih banyak kain
tradisional lainnya yang tidak kalah cantik dan indah. Kain tradisional
Indonesia, selain dapat dijadikan koleksi berharga, juga dapat digunakan pada
saat menghadiri acara-acara penting. Cintai keberagamaan dan kekayaan
Indonesia. Agar tidak ada lain klaim oleh Negara lain.