Tuesday, October 25, 2016

TRI PUSAT PENDIDIKAN

Tri Pusat Pendidikan
1.    Ki Hajar Dewantara membedakan lingkungan pendidikan menjadi tiga (Tri Pusat pendidikan) yaitu:
a.    Keluarga
b.    Masyarakat
c.    Sekolah
Analisis saya tentang Tri Pusat Pendidikan dalam hubungan dengan perkembangan intelektual dan moral peserta didik yang telah dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara adalah ketiganya sangat berpengaruh, yang pertama adalah keluarga, karena keluarga adalah tempat anak diasuh dan dibesarkan, berpengaruh besar dalam perkembangan anak baik perkembangan intelektual dan moral peserta didik. Sementara tingkat pendidikan orang tua juga besar berpengaruh terhadap perkembangan intelektual peserta didik, anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang berpendidikan akan berbeda intelektualnya dengan anak yang berasal dari keluarga yang berpendidikan kurang. Sedangkan anak yang berasal dari keluarga orang-orang baik, maka anak akan memiliki moral yang baik pula. Semuanya berasal dari bagaimana kondisi keluarga yang dapat membentuk anak ingin dibawa kemana, karena dalam kata tabula rasa yang dinyatakan oleh John Locke adalah “Anak seperti kertas putih”. Keluarga laah yang membentuk anak akan menjadi seperti apa, dan bagaimana.
Yang Kedua adalah Masyarakat. Hubungan masyarakat dengan perkembangan intelektual dan moral peserta didik karena lingkungan masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak. Mereka juga termasuk teman-teman anak diluar sekolah. Kondisi orang-orang di lingkungan desa atau kota tempat tinggal anak juga turut mempengaruhi perkembangannya, seperti perkembangan intelektual dan moral peserta didik (Ki Hajar Dewantara).
Anak-anak yang dibesarkan di kota berbeda pola pikirnya/perkembangan intelektualnya dengan anak yang tinggal di desa. Anak kota umumnya lebih bersikap dinamis dan aktif bila dibandingkan anak desa yang cenderung bersikap statis dan lamban. Semua perbedaan akibat pengaruh dari lingkungan masyarakat yang berbeda antara kota dan desa.
Sedangkan dalam moral antara peserta didik yang berada di kota, yaitu biasanya moral anak kurang bagus, akibat kondisi masyarakat yang sudah terpengaruh akibat pergaulan globalisasi. Sedangkan pada peserta didik yang berada di desa biasanya moral anak cenderung baik, akibat kondisi masyarakat dan lingkungannya yang masih kentalnya nilai-nilai gotong royong, sopan santun, dll.

Yang ketiga adalah lingkungan sekolah. Hubungan lingkungan sekolah dengan perkembangan intelektual dan moral peserta didik karena sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan, pengaruhnya besar sekali pada peserta didik, maka disamping keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi anak.
Sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya (Ki Hajar Dewantara). Anak yang tidak pernah sekolah akan tertinggal dalam berbagai hal. Sekolah sangat berperan dalam meningkatkan pola pikir anak, karena di sekolah mereka dapat belajar bermacam-macam ilmu pengetahuan. Tinggi rendahnya pendidikan dan jenis sekolahnya turut menentukan pola pikir atau perkembangan intelektual serta moral anak.
Anak yang memasuki sekolah guru berbeda dengan kepribadiannya(moral)  dengan anak yang masuk STM. Demikian pula dengan yang tamat dari sekolah tinggi akan berbeda pola pikirnya atau perkembangan intelektualnya dengan orang yang tidak bersekolah. Dari segi tata bahasa maupun sikap dan perlakuannya.
2.    Teori perkembangan menurut Vygotsky. Vygotsky dikenal sebagai seorang ahli psikologi pendidikan yang memperkenalkan teori sosiobudaya. Teori ini juga merupakan teori gabungan antara kognitif dan sosial. Teorinya ini juga menyatakan bahwa perkembangan kanak-kanak bergantung kepada interaksi kanak-kanak dengan orang ada di sekitarnya yang menjadi alat penyampaian sesuatu budaya yang membantu mereka membina pandangan tentang sekelilingnya.
Maksudnya adalah guru sangat besar berpengaruh kepada perkembangan anak, karena orang tua kedua bagi anak yaitu guru. Seorang guru harus aktif, harus lebih memahami psikologis peserta didiknya. Apa yang disampaikan guru harus jelas agar dapat diterima oleh peserta didik.
Dalam mengucap dan berperilaku yang dilakukan guru, itulah yang akan diterapkan oleh peserta didik.
Karena dalam pribahasa pun mengatakan bahwa “Guru kecing berdiri, murid kencing berlari”.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pernan guru, yaitu persepsi dan kebudayaan. Persepsi secara sederhana merupakan cara untuk memandang atau menginterprestasikan apa yang ada disekeliling. Persepsi guru terhadap anak akan sangat berpengaruh bagaimana guru akan berperan nantinya. Contohnya guru yang menggangap anak-anak adalah anak yang kuat, energik, unik. Maka guru akan menempatkan dirinya sebagai mitra, pengamat, pembimbing, pengarah dan juga pendukung. Peserta didik akan menentukan pembelajaran sesuai dengan minatnya, guru sekedar mengamati dan mendorong pada saat anak kehilangan minatnya.

Yang kedua adalah budaya, seorang guru bisa mengapresiasi budaya setempat menjadi ikon yang bisa dibanggakan dan tidak memisahkan budaya dengan pendidikan. 

PEMBELAJARAN IPS KELAS III SEKOLAH DASAR

Pembelajaran IPS kelas III Sekolah Dasar
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pelaksanaan proses pembelajaran dari berbagai mata pelajaran di sekolah dasar pada umumnya bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi dalam aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotorik. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai sekolah menengah pertama (SMP) berusaha memberikan wawasan secara komperhensif tentang peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu-isu sosial. Berbagai tradisi dalam ilmu sosial, termasuk konsep, teori, fakta, struktur, metode dan penanaman nilai-nilai dalam ilmu social perlu dikemas secara pedagogis, integrative dan komunikatif serta relevan dengan situasi dan kondisi yang berkembang dalam masyarakat.
Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikat (KTSP, 2006) menegaskan bahwa melalui mata pelajaran IPS Peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta damai. Pembelajaran IPS di sekolah dasar perlu disusun secara sistematis, komperhensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam pembelajaran IPS guru dituntut untuk bisa membuat pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Sebelum mengajar dikelas guru harus mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar materi yang akan diajarkan, dimana SK dan KD itu harus dikembangkan menjadi silabus dan RPP, agar kompetensi pembelajaran IPS dapat tercapai guru harus memperhatikan strategi pembelajaran yang akan digunakan dikelas. Selain strategi pembelajaran guru pun harus memperhatikan starategi evaluasi yang akan digunakannya di kelas.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas III Sekolah Dasar ?
2.      Apa saja Indikator pembelajaran IPS kelas III Sekolah Dasar?
3.      Apa saja cakupan materi IPS Kelas III Sekolah Dasar ?
4.      Bagaimana strategi pengembangan IPS Kelas III Sekolah Dasar ?
5.      Bagaimana strategi pencapaian kompetensi IPS Kelas III Sekolah Dasar ?
6.      Bagaimana strategi evaluasi IPS Kelas III Sekolah Dasar ?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui SK dan KD pembelajaran IPS Kelas III Sekolah Dasar
2.      Untuk mengetahui Indikator pembelajaran IPS Kelas III Sekolah Dasar
3.      Untuk mengetahui cakupan materi IPS kelas III sekolah dasar
4.      Untuk mengetahui strategi pengembangan IPS Kelas III Sekolah Dasar
5.      Untuk mengetahui strategi pencapaian kompetensi IPS Kelas III sekolah dasar
6.      Untuk mengetahui strategi evaluasi IPS kelas III sekolah dasar

























BAB II
PEMBAHASAN
A.    Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas III
Standar kompetensi mata pelajaran adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah siswa mempelajari mata pelajaran tertentu pada jenjang pendidikan tertentu pula. Menurut Abdul Majid standar kompetensi merupakan kerangka yang menjelaskan dasar pengembangan program pembelajaran yang terstruktur. Pada setiap mata pelajaran, standar kompetensi sudah ditentukan oleh para pengembang kurikulum, yang dapat kita lihat dari standar isi. Jika sekolah memandang perlu mengembangkan mata pelajaran tertentu misalnya pengembangan kurikulum muatan lokal, maka perlu dirumuskan standar kompetensinya sesuai dengan nama mata pelajaran dalam muatan lokal tersebut.
Kompetensi dasar adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap minimal yang harus dicapai oleh siswa untuk menunjukan bahwa siswa telah menguasai standar kompetensi yang telah ditetapkan, oleh karena itulah maka kompetensi dasar merupakan penjabaran dari standar kompetensi.

Semester 1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1.      Memahami lingkungan dan melaksanakan kerjasama di sekitar rumah dan sekolah
1.1  Menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah
1.2  Memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah
1.3  Membuat denah dan peta lingkungan rumah dan sekolah
1.4  Melakukan kerjasama di lingkungan rumah, sekolah, dan kelurahan/desa
Semester 2

1.      Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang
2.1  Mengenal jenis-jenis pekerjaan
2.2  Memahami pentingnyan semangat kerja
2.3  Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah
2.4  Mengenal sejarah uang
2.5  Mengenal penggunaan uang sesuai dengan kebutuhan


B.     Indikator IPS kelas III
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur atau dapat di observasi.
Dalam mengembangkan Indikator perlu mempertimbangkan :
1)      Tuntunan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam KD.
2)      Karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah.
3)      Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat dan lingkungan/daerah.

Indikator memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam mengembangkan pencapaian kompetensi berdasarkan SK-KD. Indikator berfungsi sebagai berikut.
  1. Pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran
Pengembangan materi pembelajaran harus sesuai dengan indikator yang dikembangkan. Indikator yang dirumuskan secara cermat dapat memberikan arah dalam pengembangan materi pembelajaran yang efektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, potensi dan kebutuhan peserta didik, sekolah serata lingkungan.
  1. Pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran.
Desain pembelajaran perlu dirancang secara efektif agar kompetensi dapat dicapai secara maksimal. Pengembangan desain pembelajaran hendaknya sesuai dengan indikator yang dikembangkan, karena indikator dapat memberikan gambaran kegiatan pembelajaran yang efektif untuk mencapai kompetensi. Indikator yang menuntut kompetensi dominan pada aspek procedural menunjukan agar kegiatan pembelajaran dilakukan tidak dengan strategi ekspositori melainkan lebih tepat dengan stratei discovery inquiry.
  1. Pedoman dalam mengembangkan bahan ajar.
Bahan ajar perlu dikembangkan oleh guru guna menunjang pencapaian kompetensi peserta didik. Pemilihan bahan ajar yang efektif harus sesuai tuntutan indikator Sehingga dapat meningkatkan pencapaian kompetensi secara maksimal.


  1. Pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar.
Indikator menjadi pedoman dalam merancang, melaksanakan, serta mengevaluasi hasil belajar. Rancangan penilaian memberikan acuan dalam menentukan bentuk dan jenis penilaian, serta pengembangan indkator penilaian. Pengembangan indikator penilaian harus mengacu pada indikator pencapaian yang dIkembangkan sesuai dengan tuntutan SK dan KD.

Semester 1
Kompetensi Dasar
Indikator
1.1        menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah
·         Mengidentifikasi contoh-contoh lingkungan alam
·         Mengidentifikasi contoh-contoh lingkungan buatan
1.2        Memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah
·         Mengidentifikasi contoh-contoh lingkungan alam
·         Mengidentifikasi contoh-contoh lingkungan buatan
·         Menandingkan lingkungan alam yang terawatt dan tidak terawatt
·         Mebandingkan lingkungan buatan yang terawatt dan tidak terwat
1.3        Membuat denah dan peta lingkungan rumah dan sekolah
·         Mengidentifikasi denah rumah dan menjelaskan manfaat peta di lingkungan rumah
·         Mengidentifikasi denah rumah dan menjelaskan manfaat peta di lingkungan sekolah

1.4        Melakukan kerjasama di lingkungan rumah, sekolah dan kelurahan atau desa
·         Menyebutkan contoh kerjasama di lingkungan rumah
·         Menyebutkan contoh kerjasama di lingkungan sekolah
·         Menyebutkan contoh kerjasama di lingkungan sekolah
·         Menjelaskan manfaat kerjasama di linhkungan rumah, sekolah dan kelurahan
Semester 2
2.1  Mengenal jenis pekerjaan
·         Mengidentifikasi jenis kebutuhan manusia beserta contohnya
·         Mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan di sekitar kita
2.2  Memahami semangat kerja
·         Mengidentifikasi hal-hal yang diperlukann dalam wirausaha
·         Mengidentifikasi pentingnya semangat kerja
2.3  Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah
·         Mengidentifikasi maksud kegiatan jual beli barang dan jasa
·         Megetahui pelaku jual beli
·         Mengetahui tempat-tempat kegiatan jual beli yang ada di sekitar rumah dan sekolah
2.4  Mengenal sejarang uang
·         Menjelaskan sejarah awal munculnya uang
·         Mengidentifikasi fungsi uang
·         Mengidentifikasi jenis uang
2.5  Mengenal penggunaan uang sesuai dengan kebutuhan
·         Mengidentifikasi cara penggunaan uang sesuai kebutuhan
·         Mengetahui cara dan manfaat menabung
·         Mengidentifikasi cara pengiriman uang

C.    Cakupan Materi
Cakupan materi IPS pada kelas 3 yaitu:
BAB 1. Mengenal Lingkungan sekitar kita
a.       Pengertian lingkungan
b.      Memelihara lingkungan alam dan buatan
BAB 2. Denah lingkungan rumah dan sekolah
a.       Mengenal arah mata angina
b.      Membuat denah rumah dan sekolah
BAB 3. Pentingnya bekerja sama
a.       Kerja sama di lingkungan rumah
b.      Kerja sama di lingkungan sekolah
c.       Kerja sama di lingkungan tetangga
BAB 4. Jenis-jenis Pekerjaan
a.       Bekerja itu penting
b.      Jenis pekerjaan di sekitar kita
c.       Bekerja dengan semangat
BAB 5. Kegiatan jual beli
a.       Pengertian jual belu
b.      Jenis tempat belanja
c.       Persaingan sehat dalam jual beli
BAB 6. Mengenal Uang
a.       Sejarah uang
b.      Fungsi uang dalam kehidupan
c.       Jenis uang
d.      Nilai uang
e.       Penggunaan uang sesuai kebutuhan

D.    Strategi Pengembangan
  1. Pengembangan Pembelajaran IPS.
IPS di SD/MI dibelajarkan secara integrasi, di SMP/MTs dengan fusi dan Korelasi sedangkan di SMA/MA dengan Sparated Approach. Hal ini dilakukan menyesuaikan dengan tingkat pemahaman peserta didik pada masing-masing jenjang pendidikan. Lebih jauh lagi, Kurikulum 2004 pada SD/MI pelajaran IPS (sekarang menjadi PS/PKN) sudah mulai diajarkan di Kelas I padahal Kurikulum sebelumnya IPS diajarkan mulai Kelas III. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik sudah mengenal bentuk bentuk interaksi sosial yang terjadi di masyarakat sejak dini.
Disamping itu, dalam pembuatan Silabus Kurikulum 2004 pada kolom Strategi pembelajaran mencakup 2 kegiatan pembelajaran yang meliputi tatap muka dan pengalaman belajar.
Tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan mengembangkan bentuk-bentuk interaksi langsung antara guru dengan peserta didik, seperti: ceramah, diskusi, presentasi seminar di bawah bimbingan guru, ujuian blok, kuis, dan lain-lain.
Pengalaman Belajar adalah interaksi antara peserta didik dengan bahan ajar tanpa dihadiri guru. Bentuk pengalaman belajar ini dapat berada di dalam kelas maupun di luar kelas. Di dalam kelas misalnya peserta didik diberi tugas membaca di perpustakaan dan selanjutnya diminta merangkum hasilnya, belajar peta buta bersama temannya, telaah undang-undang, dan sebagainya.
Pengalaman belajar di luar kelas misalnya mengunjungi pusat pemerintahan (Balai Desa, Kantor Kecamatan, Kantor Kabupaten), megunjungi sentral industri daerah kemudian membuat laporan, dan lain-lain.



  1. Bentuk-Bentuk Strategi Pengembangan Pembelajaran IPS.
Pada dasarnya pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik meliputi pengalaman kognitif, afektif dan psikomotorik Bentuk-bentuk yang merupakan Strategi Pengembangan Pembelajaran IPS adalah:
a.       Pembelajaran otentik (authentic instruction), yaitu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar dalam konteks yang bermakna, sehingga menguatkan ikatan pemikiran dan ketrampilan memecahkan masalah-masalah penting dalam kehidupan di masyarakat
b.      Pembelajaran berbasis inkuiri (inquiry based learning), yaitu memaknakan strategi pembelajaran dengan metode-metode pengetahuan alam, sehingga diperoleh pembelajaran yang bermakna.
c.       Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), yaitu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah-masalah yang ada di dunia nyata atau di sekelilingnya sebagai konteks bsgi peserta didik untuk belajar kritis dan ketrampilan memecahkan masalah, dan untuk memperoleh konsep utama dari suatu mata pelajaran.
d.      Pembelajaran layanan (service learning), yaitu metode pembelajaran yang menggabungkan layanan masyarakat dengan struktur lembaga pendidikan untuk merefleksikan layanan, menekankan hubungan antara layanan yang dialami dan pembelajaran akademik di lembaga pendidikan.
e.       Pembelajaran berbasis kerja (work based learning), yaitu pendekatan pembelajaran yang menggunakan konteks tempat kerja, dan membahas penerapan konsep mata pelajaran di lapangan. Prinsip kegiatan pembelajaran di atas pada dasarnya adalah penekanan pada penerapan konsep mata pelajaran di lapangan, dan menggunakan masalah-masalah lapangan untuk dibahas di lembaga pendidikan.

E.     Strategi Pencapaian Kompetensi
Sebagai tahapan strategis pencapaian kompetensi, kegiatan pembelajaran perlu didesain dan dilaksanakan secara efektif dan efesien sehingga memperoleh hasil maksimal. Agar kompetensi dapat tercapai guru harus memperhatikan :
  1. Pendekatan pembelajaran
Pendekatan pembelajaran bisa diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatarbelakangi metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.[1]
Dilihat dari pendekatannya, terdapat dua jenis pendekatan pembelajaran yaitu :
a.       Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach).
b.      Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

  1. Strategi pembelajaran
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan dalam strategi pembelajaran.
Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha yaitu :
a)      Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (output) dan sasaran yang harus dicapai dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
b)      Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
c)      Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan ditempuh sejak awal sampai ke sasaran.
d)     Memepertimbangkan dan menetapkan tolak ukur (criteria) dan patokan ukuran (standart) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
a.       Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
b.      Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
c.       Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah, prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
d.      Menetapkan norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pemebalajaran merupakan kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien. Selanjutnya dengan mengutip pemikiran J.R David, Wina Senjaya (2008), menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran, terkandung makna perencanaan. Artinya, strategi pembelajaran pada dasarnya masih bersifat konseptual meliputi keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokan dalam dua bagian yaitu :
(1)   Exposition-discovery learning
(2)   Group-individual learning (Rowntree dalam wina Senjaya, 2008).

Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.

  1. Metode Pembelajaran
Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Sanjaya, 2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan mengimplementasikan rencana yang sudah disusun ke dalam bentuk kegiayan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Terdapat beberapa metode pembelajaran yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya :
(1)   Ceramah
(2)   Demonstrasi
(3)   Diskusi
(4)   Simulasi
(5)   Laboratorium
(6)   Pengalaman lapangan
(7)   Brainstorming
(8)   Debat
(9)   Simposium dan sebagainya

  1. Teknik pembelajaran
Selanjutnya, metode pembelajaran dijabarkan kedalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalnya penggunaan metode ceramah dalam kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda dalam kelas yang siswanya tergolong aktif dibandingkan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

  1. Taktik pembelajaran
Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalnya terdapat dua orang yang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi humor karena dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia sangat menguasai bidang multimedia. Dalam gaya pembelajaran akan tanpak keunikan dan kekhasan masing-masing guru, sesuai kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pemebelajaran menjadi sebuah ilmu sekaligus juga sebuah seni (art of teaching).[2]

  1. Model Pembelajaran
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan utuh, maka terbentuklah apa yang disebut model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya adalah bentuk pembelajaran yang tergambar sejak awal sampai akhir dan disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran.
Berdasarkan strategi pembelajaran di atas maka beberapa model yang cocok di terapkan di kelas III SD ialah :
a)      Model Pembelajaran Kooperatif
Salah satu upaya untuk mengembangkan potensi siswa dalam pembelajaran saat ini, khususnya pada mata pelajaran  IPS adalah sengan metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dilakukan dengan pembagian kelompok belajar dengan memberi kesempatan kepada setiap peserta didik untuk bekerja sama dengan semua siswa dalam tugas-tugas yang diberikan oleh guru.[3] 
Menurut Johnson dan Muchtar (2007: 166) pembelajaran kooperatif artinya belajar bersama-sama, saling membantu antara yang satu dengan yang lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah di tetapkan sebelumnya. Dalam kegiatan kooperatif, siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu. Prosedur cooperative learning didesain untuk mengaktifkan siswa melalui diskusi dalam kelompok kecil.
Arends (2008: 12) mengungkapkan bahwa ada tiga jenis hasil yang dapat dicapai siswa melalui pembelajaran cooperative, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)      Efeknya pada perilaku kooperatif; berdasarkan hasil penelitian yang telah di dapat kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif lebih banyak menghasilkan perilaku kooperatif, baik verbal maupun nonverbal.
2)      Efeknya pada toleransi terhadap keanekaragaman; pembelajaran kooperatif selain dapat mempengaruhi toleransi dan penerimaan yang lebih luas terhadap siswa-siswa dengan kebutuhan khusus, pembelajaran ini juga dapat mendukung terciptanya hubungan yang lebih baik di antara siswa-siswa dengan ras dan etnik yang beraneka ragam.
3)      Efeknya pada prestasi akademik; salah satu aspek penting dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa selain pendekatan ini membantu meningkatkan perilaku koopertif dan hubungan kelompok yang lebih baik diantara para siswa, pada saat yang sama ia juga membantu siswa dalam pembelajaran akademiknya.
b)      Pembelajaran Berbasis Inkuiri
Savage dan Amstrong (1996: 237) mengembangkan pendekatan inkuiri sebagai salah satu bagian dari upaya guru dalam membantu para siswa sekolah dasar untuk meningkatkan keterampilan berfikir. Pendekatan pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang berorientasi kepada pengalaman siswa. Melalui pembelajaran inkuiri, maka guru akan mudah membantu mengembangkan diri siswa sebagai tanggung jawabnya. Selain itu, dengan pembelajaran inkuiri, akan memotivasi siswa untuk aktif mencari dan mendapatkan pengetahuan.
Model pembelajaran inkuiri ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.        Sangat memperhatikan proses pengumpulan data dan pengujian hipotesis
2.        Proses pengumpulan data dilakukan secara sistematis dan berdasarkan
       tradisi keilmuan disiplin (walauoun perlu adanya penyederhanaan proses
       sehingga sesuai dengan kemampuan peserta didik)
3.        Adanya proses pengolahan data dan pengujian hipotesis (yang merupakan
suatu keharusan dalam inkuiri dan bukan alternative seperti pemecahan masalah).
4.        Pembelajaran inkuiri maupun pemecahan masalah mempunyai
keunggulan yang sama yaitu kemampuan berfikir aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
5.        Langkah yang dilakukan dalam inkuiri terdiri atas: perumusan masalah,
pengembangan hipotesis, pengumpulan data, pengolahan data, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan.[4]
Tujuan dari penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri adalah, sebagai berikut :
1.        Mengembangkan sikap, keterampilan, kepercayaan siswa dalam memecahkan masalah atau memutuskan sesuatu secara tepat
2.        Mengembangkan kemampuan berfikir siswa agar lebih tanggap, cermat dan nalar (kritis, analitis, dan logis).
3.        Membina dan mengembangkan sikap ingin tahu lebih jauh.
4.        Mengungkapkan aspek pengetahuan maupun sikap.

F.     Strategi Evaluasi
Evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan incidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematis, dan berdasarkan atas tujuan yang jelas.
Secara umum ada empat jenis evaluasi, yaitu:
1.      Evaluasi Formatif, yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh para peserta didik setelah menyelesaikan program dalam satuan materi pokok pada suatu bidang studi tertentu.
2.      Evaluasi Sumatif, yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik yang telah selesai mengikuti pembelajaran dalam satu caturwulan semester, atau akhir tahun.
3.      Evaluasi Penempatan (Placement), yaitu penilaian tentang pribadi peserta didik untuk kepentingan penempatan di dalam situasi belajar yang sesuai dengan kondisi peserta didik.
4.      Evaluasi Diagnostik, yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil penganalisaan tentang keadaan belajar peserta didik baik merupakan kesulitan atau hambatan yang ditemui dalam proses pembelajaran.

a.            Ranah Penilaian
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan penjabaran dari standar isi dan standar kompetensi lulusan. Di dalamnya memuat kompetensi secara utuh yang merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai karakteristik masing-masing mata pelajaran. Muatan dari standar isi pendidikan adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Satu standar kompetensi terdiri dari beberapa kompetensi  dasar, dan setiap kompetensi dasar dijabarkan ke dalam indikator-indikator pencapaian hasil belajar yang dirumuskan atau dikembangkan oleh guru dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi sekolah/daerah masingmasing. Indikator- indikator yang dikembangkan tersebut merupakan acuan yang digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi dasar bersangkutan. Teknik penilaian yang digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik indikator, standar kompetensi dasar   dan   kompetensi   dasar   yang   diajarkan   oleh   guru. Tidak menutup kemungkinan bahwa satu indikator dapat diukur dengan beberapa teknik penilaian, hal ini karena memuat domain kognitif, psikomotor dan afektif. Ulangan atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta  didik.
Penilaian satu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif, afektif, maupun  psikomotor. Ada tujuh teknik yang dapat digunakan, yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian projek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.

b. Instrumen Evaluasi
1)      Evaluasi Jenis Non-Tes
           Instrumen non-tes dapat digunakan jika kita ingin mengetahui kualitas proses dan produk dari suatu pekerjaan serta hal-hal yang berkenaan dengan domain efektif, seperti sikap, minat, dan motivasi. Pada prinsipnya setiap melakukan evaluasi pelajaran kita dapat menggunakan teknik tes dan non-tes, sebab hasil belajar atau aspek-aspek pembelajaran bersifat ankaragam. Adapun perubahan sikap dan anak dalam psokoligi hanya dapat diukur dengan teknik non-tes, misalnya observasi, wawancara, skala sikap dll.
·       Daftar Cek (Check-list)
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (yatidak). Penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar- salah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan
mengamati subjek dalam jumlah besar
·       Skala Penilaian (Rating Scale)
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 1 = tidak kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 = kompeten dan 4 = sangat kompeten.
·       Penilaian Sikap
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadinya perilaku atau tindakan yang diinginkan.
Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik teknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi.
a.                  Observasi Perilaku: Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal.
b.                 Pertanyaan langsung: Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu hal.
c.                  Laporan pribadi: Melalui penggunaan teknik ini di sekolah, peserta didik diminta membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap.
2)     

Bebas
 
Evaluasi Jenis Tes

TES
 
 








P-G
 

Objektif
 
                                                                                                                         
 






Istilah “tes” berasal dari perancis yaitu “testum”, berarti piring yang digunakan untuk memilih logam mulia dari benda-benda lain, seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya. Dalam perkembangannya, istilah tes di adopsi dalam psikologi dan pendidikan. Dilihat dari jumlah perserta didik tes dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: tes kelompok dan tes perorangan. Di lihat dari kajian psikologi, tes dibagi menjadi empat jenis, yaitu tes inteligensia umum, tes kemampuan khusus, tes prestasi belajar, dan tes kepribadian.
Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik.
a.      Tes Tulisan
(1)   Tes bentuk uraian
Dilihat dari luas sempitnya materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi dua bentuk, yaitu uraian terbatas dan uraian bebas
·         Uraian terbatas
Dalam menjawab soal uraian terbatas ini, peserta didik harus mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya. Contoh:
a.       Jelaskan apa yang dimaksud dengan kerja sama
b.      Sebutkan contoh-contoh kerjasama di lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat
·         Uraian bebas
Dalam bentuk ini peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan sistematika sendiri contoh:
a.       Bagaimana cara melakukan kerjasama
b.      Bagaimana peran kamu dalam keluarga
(2)   Tes bentuk objektif
·         Benar-Salah
Bentuk tes B-S adalah peenyataan yang mengandung suatu kemungkinan jawaban yaitu benar atau salah. Peserta didik diminta untuk menetukan pilihannya mengenai pernyataan-pernyataan. Contoh:
                        B-S : Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1995
                        B-S : Mata uang Negara Indonesia adalah Rupiah
·         Pilihan Ganda
Soal tes bentuk pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Contoh :
Seseorang yang bekerja mengendarai kereta disebut ?
a.       Guru
b.      Polisi
c.       Masinis
d.      Dokter
·         Menjodohkan
Soal tes bentuk menjodohkan sebenarnya masih merupakan bentuk pilihan ganda. Perbeaannya adalah pilihan ganda terdiri atas stem dan option, kemudian peserta didik tinggal memilih salah satu option yang dianggap tepat, sedangkan yang menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda yaitu, kolom sebelah kiri menunjukan kumpulan persoalan dan kolom sebelah kanan kumpulan jawaban. Contoh :
a.       Tanggal kemerdekaan Indonesia              a. Rupiah
b.      Presiden Indonesia pertama                      b. 17 Agustus 1945
c.       Mata uang Indonesia                                c. Soekarno
·         Melengkapi
Contoh :
a.       Membantu orangtua adalah …. kita sebagai anak
b.      Kebersihan sebagian dari ...
b)      Tes Lisan
Tes Lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan atau perintah yang diberikan.
Tes Lisan dapat berbentuk seperti berikut:
1.  Seorang guru menilai seorang peserta didik
2.  Seorang guru menilai sekelompok peserta didik
3.  Sekelompok guru menilai seorang peserta didik
4.  Sekelompok guru menilai sekelompok peserta didik
c)      Tes Perbuatan
Tes Perbuatan atau tes praktik adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk prilaku, tindakan, atau perbuatan.
Contoh:
Petunjuk :
Berilah penilaian menggunakan tanda cek (√) pada setiap aspek yang tertera dibawah ini sesuai dengan tingkat penguasaan pserta didik.
Keterangan nilai:
SB = Sangat Baik
B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
SK = Sangat Kurang
No.
Aspek yang diamati
SB
B
C
K
SK
1
Tahapan berbicara





2
Cara bersosialisasi





3
Perkembangan















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dalam pembelajaran IPS guru harus mengetahui Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang ada di kurikulum yang digunakan baik KTSP maupun Kurikulum 2013. Setelah mengetahui SK dan KD guru harus bisa membuat silabus dan RPP untuk proses pembelajaran, selain itu guru pun harus membuat Indikator karena Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat di observasi. Idikator yang di buat pun harus disesuaikan dengan materi IPS yang ada dan disesuaikan dengan kondisi dan karakteritik peserta didik.
Agar kompetensi pembelajaran IPS dapat tercapai guru harus memperhatikan: Pendekatan pembelajaran, Strategi pembelajaran, Metode pembelajaran, Teknik pembelajaran, Taktik pembelajaran, dan Model pembelajaran.
Alat evaluasi yang dapat digunakan guru yaitu jenis tes dan jenis non-tes.
1.      Jenis Tes, digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik yang mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap, bakat (intelegensi).
2.      Jenis Non Tes, digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik yang mencakup aspek sikap, minat, kepribadian peserta didik, wawancara, angket dan observasi.

B.     Saran
Dalam upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS guru Sekolah Dasar hendaknya menerapkan model-model pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan. Di butuhkan guru yang kreatif agar dapat mengembangkan pembelajaran IPS menjadi pembelajaran yang terarah dan tidak membosankan.




DAFTAR PUSTAKA

Arifin Zainal, 2014. Evaluasi Pembelajaran, Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Susanto Ahmad, 2014. Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP
Khoiru Ahmadi Lif, DKK. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
Suranti dan Setiawan Eko, 2009. Buku Sekolah Elektronik Ilmu Pengetahuan Sosial, Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional





[1] Lif Khairul Ahmadi, Dkk. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP (Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher, 2011), hlm. 4.
[2] Lif Khairul Ahmadi, Dkk. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP (Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher, 2011), hlm. 7.

[3] Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (Jakarta : Prenadamedia Droup, 2014), hlm. 198.
[4]Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (Jakarta : Prenadamedia Droup, 2014), hlm. 163.