Pembelajaran IPS kelas III Sekolah Dasar
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pelaksanaan
proses pembelajaran dari berbagai mata pelajaran di sekolah dasar pada umumnya
bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi dalam aspek kognitif, aspek
afektif maupun aspek psikomotorik. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan
salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai
sekolah menengah pertama (SMP) berusaha memberikan wawasan secara komperhensif
tentang peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan
isu-isu sosial. Berbagai tradisi dalam ilmu sosial, termasuk konsep, teori,
fakta, struktur, metode dan penanaman nilai-nilai dalam ilmu social perlu
dikemas secara pedagogis, integrative dan komunikatif serta relevan dengan
situasi dan kondisi yang berkembang dalam masyarakat.
Di dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikat (KTSP, 2006) menegaskan bahwa melalui mata
pelajaran IPS Peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara
Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta
damai. Pembelajaran IPS di sekolah dasar perlu disusun secara sistematis,
komperhensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan
keberhasilan dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam
pembelajaran IPS guru dituntut untuk bisa membuat pembelajaran menjadi aktif,
inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Sebelum mengajar dikelas guru harus
mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar materi yang akan diajarkan,
dimana SK dan KD itu harus dikembangkan menjadi silabus dan RPP, agar kompetensi
pembelajaran IPS dapat tercapai guru harus memperhatikan strategi pembelajaran
yang akan digunakan dikelas. Selain strategi pembelajaran guru pun harus
memperhatikan starategi evaluasi yang akan digunakannya di kelas.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa saja Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas
III Sekolah Dasar ?
2. Apa saja Indikator pembelajaran IPS kelas III Sekolah Dasar?
3. Apa saja cakupan materi IPS Kelas III Sekolah Dasar ?
4. Bagaimana strategi pengembangan IPS Kelas III Sekolah Dasar
?
5. Bagaimana strategi pencapaian kompetensi IPS Kelas III
Sekolah Dasar ?
6. Bagaimana strategi evaluasi IPS Kelas III Sekolah Dasar ?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui SK dan KD pembelajaran IPS Kelas III
Sekolah Dasar
2. Untuk mengetahui Indikator pembelajaran IPS Kelas III
Sekolah Dasar
3. Untuk mengetahui cakupan materi IPS kelas III sekolah dasar
4. Untuk mengetahui strategi pengembangan IPS Kelas III Sekolah
Dasar
5. Untuk mengetahui strategi pencapaian kompetensi IPS Kelas
III sekolah dasar
6. Untuk mengetahui strategi evaluasi IPS kelas III sekolah
dasar
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas III
Standar kompetensi mata pelajaran adalah deskripsi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah siswa
mempelajari mata pelajaran tertentu pada jenjang pendidikan tertentu pula.
Menurut Abdul Majid standar kompetensi merupakan kerangka yang menjelaskan
dasar pengembangan program pembelajaran yang terstruktur. Pada setiap mata
pelajaran, standar kompetensi sudah ditentukan oleh para pengembang kurikulum,
yang dapat kita lihat dari standar isi. Jika sekolah memandang perlu
mengembangkan mata pelajaran tertentu misalnya pengembangan kurikulum muatan
lokal, maka perlu dirumuskan standar kompetensinya sesuai dengan nama mata
pelajaran dalam muatan lokal tersebut.
Kompetensi dasar adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap minimal
yang harus dicapai oleh siswa untuk menunjukan bahwa siswa telah menguasai
standar kompetensi yang telah ditetapkan, oleh karena itulah maka kompetensi
dasar merupakan penjabaran dari standar kompetensi.
Semester 1
|
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
1.
Memahami lingkungan dan melaksanakan kerjasama di sekitar
rumah dan sekolah
|
1.1
Menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah
dan sekolah
1.2
Memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah
1.3
Membuat denah dan peta lingkungan rumah dan sekolah
1.4
Melakukan kerjasama di lingkungan rumah, sekolah, dan
kelurahan/desa
|
Semester 2
|
|
1.
Memahami jenis pekerjaan dan penggunaan uang
|
1.
2.1
Mengenal jenis-jenis pekerjaan
2.2
Memahami pentingnyan semangat kerja
2.3
Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan
sekolah
2.4
Mengenal sejarah uang
2.5
Mengenal penggunaan uang sesuai dengan kebutuhan
|
B.
Indikator IPS kelas III
Indikator
merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang
dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator
dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan
pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang
terukur atau dapat
di observasi.
Dalam
mengembangkan Indikator perlu mempertimbangkan :
1)
Tuntunan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja
yang digunakan dalam KD.
2)
Karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah.
3)
Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat dan
lingkungan/daerah.
Indikator
memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam mengembangkan pencapaian
kompetensi berdasarkan SK-KD. Indikator berfungsi sebagai berikut.
- Pedoman dalam
mengembangkan materi pembelajaran
Pengembangan materi pembelajaran harus sesuai dengan
indikator yang dikembangkan. Indikator yang dirumuskan secara cermat dapat
memberikan arah dalam pengembangan materi pembelajaran yang efektif sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran, potensi dan kebutuhan peserta didik,
sekolah serata lingkungan.
- Pedoman dalam
mendesain kegiatan pembelajaran.
Desain pembelajaran perlu dirancang secara efektif agar
kompetensi dapat dicapai secara maksimal. Pengembangan desain pembelajaran
hendaknya sesuai dengan indikator yang dikembangkan, karena indikator dapat
memberikan gambaran kegiatan pembelajaran yang efektif untuk mencapai
kompetensi. Indikator yang menuntut kompetensi dominan pada aspek procedural
menunjukan agar kegiatan pembelajaran dilakukan tidak dengan strategi
ekspositori melainkan lebih tepat dengan stratei discovery inquiry.
- Pedoman dalam
mengembangkan bahan ajar.
Bahan ajar perlu dikembangkan oleh guru guna menunjang
pencapaian kompetensi peserta didik. Pemilihan bahan ajar yang efektif harus
sesuai tuntutan indikator Sehingga dapat meningkatkan pencapaian kompetensi
secara maksimal.
- Pedoman dalam
merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar.
Indikator menjadi pedoman dalam merancang, melaksanakan,
serta mengevaluasi hasil belajar. Rancangan penilaian memberikan acuan dalam
menentukan bentuk dan jenis penilaian, serta pengembangan indkator penilaian.
Pengembangan indikator penilaian harus mengacu pada indikator pencapaian yang
dIkembangkan sesuai dengan tuntutan SK dan KD.
Semester 1
|
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
1.1
menceritakan lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah
dan sekolah
|
·
Mengidentifikasi contoh-contoh lingkungan alam
·
Mengidentifikasi contoh-contoh lingkungan buatan
|
1.2
Memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah
|
·
Mengidentifikasi contoh-contoh lingkungan alam
·
Mengidentifikasi contoh-contoh lingkungan buatan
·
Menandingkan lingkungan alam yang terawatt dan tidak
terawatt
·
Mebandingkan lingkungan buatan yang terawatt dan tidak
terwat
|
1.3
Membuat denah dan peta lingkungan rumah dan sekolah
|
·
Mengidentifikasi denah rumah dan menjelaskan manfaat peta
di lingkungan rumah
·
Mengidentifikasi denah rumah dan menjelaskan manfaat peta
di lingkungan sekolah
|
1.4
Melakukan kerjasama di lingkungan rumah, sekolah dan
kelurahan atau desa
|
·
Menyebutkan contoh kerjasama di lingkungan rumah
·
Menyebutkan contoh kerjasama di lingkungan sekolah
·
Menyebutkan contoh kerjasama di lingkungan sekolah
·
Menjelaskan manfaat kerjasama di linhkungan rumah, sekolah
dan kelurahan
|
Semester 2
|
2.1
Mengenal jenis pekerjaan
|
·
Mengidentifikasi jenis kebutuhan manusia beserta contohnya
·
Mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan di sekitar kita
|
2.2
Memahami semangat kerja
|
·
Mengidentifikasi hal-hal yang diperlukann dalam wirausaha
·
Mengidentifikasi pentingnya semangat kerja
|
2.3
Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan
sekolah
|
·
Mengidentifikasi maksud kegiatan jual beli barang dan jasa
·
Megetahui pelaku jual beli
·
Mengetahui tempat-tempat kegiatan jual beli yang ada di
sekitar rumah dan sekolah
|
2.4
Mengenal sejarang uang
|
·
Menjelaskan sejarah awal munculnya uang
·
Mengidentifikasi fungsi uang
·
Mengidentifikasi jenis uang
|
2.5
Mengenal penggunaan uang sesuai dengan kebutuhan
|
·
Mengidentifikasi cara penggunaan uang sesuai kebutuhan
·
Mengetahui cara dan manfaat menabung
·
Mengidentifikasi cara pengiriman uang
|
|
|
|
C.
Cakupan Materi
Cakupan
materi IPS pada kelas 3 yaitu:
BAB 1. Mengenal
Lingkungan sekitar kita
a.
Pengertian lingkungan
b.
Memelihara lingkungan alam dan buatan
BAB 2. Denah
lingkungan rumah dan sekolah
a.
Mengenal arah mata angina
b.
Membuat denah rumah dan sekolah
BAB 3. Pentingnya
bekerja sama
a.
Kerja sama di lingkungan rumah
b.
Kerja sama di lingkungan sekolah
c.
Kerja sama di lingkungan tetangga
BAB 4. Jenis-jenis
Pekerjaan
a.
Bekerja itu penting
b.
Jenis pekerjaan di sekitar kita
c.
Bekerja dengan semangat
BAB 5. Kegiatan jual
beli
a.
Pengertian jual belu
b.
Jenis tempat belanja
c.
Persaingan sehat dalam jual beli
BAB 6. Mengenal Uang
a.
Sejarah uang
b.
Fungsi uang dalam kehidupan
c.
Jenis uang
d.
Nilai uang
e.
Penggunaan uang sesuai kebutuhan
D.
Strategi Pengembangan
- Pengembangan
Pembelajaran IPS.
IPS di
SD/MI dibelajarkan secara integrasi, di SMP/MTs dengan fusi dan Korelasi
sedangkan di SMA/MA dengan Sparated Approach. Hal ini dilakukan menyesuaikan
dengan tingkat pemahaman peserta didik pada masing-masing jenjang pendidikan.
Lebih jauh lagi, Kurikulum 2004 pada SD/MI pelajaran IPS (sekarang menjadi
PS/PKN) sudah mulai diajarkan di Kelas I padahal Kurikulum sebelumnya IPS
diajarkan mulai Kelas III. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik sudah
mengenal bentuk bentuk interaksi sosial yang terjadi di masyarakat sejak dini.
Disamping itu, dalam pembuatan Silabus Kurikulum 2004 pada
kolom Strategi pembelajaran mencakup 2 kegiatan pembelajaran yang meliputi
tatap muka dan pengalaman belajar.
Tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan
dengan mengembangkan bentuk-bentuk interaksi langsung antara guru dengan
peserta didik, seperti: ceramah, diskusi, presentasi seminar di bawah bimbingan
guru, ujuian blok, kuis, dan lain-lain.
Pengalaman Belajar adalah interaksi antara peserta didik
dengan bahan ajar tanpa dihadiri guru. Bentuk pengalaman belajar ini dapat
berada di dalam kelas maupun di luar kelas. Di dalam kelas misalnya peserta
didik diberi tugas membaca di perpustakaan dan selanjutnya diminta merangkum
hasilnya, belajar peta buta bersama temannya, telaah undang-undang, dan sebagainya.
Pengalaman belajar di luar kelas misalnya mengunjungi pusat
pemerintahan (Balai Desa, Kantor Kecamatan, Kantor Kabupaten), megunjungi
sentral industri daerah kemudian membuat laporan, dan lain-lain.
- Bentuk-Bentuk
Strategi Pengembangan Pembelajaran IPS.
Pada
dasarnya pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik meliputi pengalaman
kognitif, afektif dan psikomotorik Bentuk-bentuk yang merupakan Strategi Pengembangan
Pembelajaran IPS adalah:
a.
Pembelajaran otentik (authentic
instruction), yaitu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar
dalam konteks yang bermakna, sehingga menguatkan ikatan pemikiran dan
ketrampilan memecahkan masalah-masalah penting dalam kehidupan di masyarakat
b.
Pembelajaran berbasis inkuiri (inquiry based learning), yaitu memaknakan strategi pembelajaran
dengan metode-metode pengetahuan alam, sehingga diperoleh pembelajaran yang
bermakna.
c.
Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), yaitu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah-masalah yang ada di dunia nyata atau di sekelilingnya
sebagai konteks bsgi peserta didik untuk belajar kritis dan ketrampilan
memecahkan masalah, dan untuk memperoleh konsep utama dari suatu mata
pelajaran.
d.
Pembelajaran layanan (service
learning), yaitu metode pembelajaran yang menggabungkan layanan masyarakat
dengan struktur lembaga pendidikan untuk merefleksikan layanan, menekankan
hubungan antara layanan yang dialami dan pembelajaran akademik di lembaga
pendidikan.
e.
Pembelajaran berbasis kerja (work based learning), yaitu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan konteks tempat kerja, dan membahas penerapan konsep mata pelajaran
di lapangan. Prinsip kegiatan pembelajaran di atas pada dasarnya adalah
penekanan pada penerapan konsep mata pelajaran di lapangan, dan menggunakan masalah-masalah
lapangan untuk dibahas di lembaga pendidikan.
E.
Strategi Pencapaian Kompetensi
Sebagai tahapan strategis pencapaian kompetensi, kegiatan
pembelajaran perlu didesain dan dilaksanakan secara efektif dan efesien
sehingga memperoleh hasil maksimal. Agar kompetensi dapat tercapai guru harus
memperhatikan :
- Pendekatan
pembelajaran
Pendekatan pembelajaran bisa diartikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Di
dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatarbelakangi metode
pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, terdapat dua jenis pendekatan
pembelajaran yaitu :
a.
Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada
siswa (student centered approach).
b.
Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada
guru (teacher centered approach).
- Strategi
pembelajaran
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan
selanjutnya diturunkan dalam strategi pembelajaran.
Newman
dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari
setiap usaha yaitu :
a)
Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
hasil (output) dan sasaran yang harus
dicapai dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang
memerlukannya.
b)
Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk
mencapai sasaran.
c)
Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan ditempuh sejak awal
sampai ke sasaran.
d)
Memepertimbangkan dan menetapkan tolak ukur (criteria) dan patokan ukuran (standart) untuk mengukur dan menilai
taraf keberhasilan (achievement)
usaha.
Jika
kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
a.
Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran
yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
b.
Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran
yang dipandang paling efektif.
c.
Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah, prosedur,
metode dan teknik pembelajaran.
d.
Menetapkan norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau
kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara
itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pemebalajaran
merupakan kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien. Selanjutnya
dengan mengutip pemikiran J.R David, Wina Senjaya (2008), menyebutkan bahwa
dalam strategi pembelajaran, terkandung makna perencanaan. Artinya, strategi
pembelajaran pada dasarnya masih bersifat konseptual meliputi
keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Dilihat dari
strateginya, pembelajaran dapat dikelompokan dalam dua bagian yaitu :
(1)
Exposition-discovery
learning
(2)
Group-individual
learning
(Rowntree dalam wina Senjaya, 2008).
Ditinjau
dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat
dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran
deduktif. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk
mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.
- Metode
Pembelajaran
Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina
Sanjaya, 2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang
digunakan mengimplementasikan rencana yang sudah disusun ke dalam bentuk
kegiayan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Terdapat beberapa metode pembelajaran yang digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya :
(1)
Ceramah
(2)
Demonstrasi
(3)
Diskusi
(4)
Simulasi
(5)
Laboratorium
(6)
Pengalaman lapangan
(7)
Brainstorming
(8)
Debat
(9)
Simposium dan sebagainya
- Teknik
pembelajaran
Selanjutnya, metode pembelajaran dijabarkan kedalam teknik
dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan
sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode
secara spesifik. Misalnya penggunaan metode ceramah dalam kelas dengan jumlah
siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, tentunya secara teknis
akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya
terbatas. Demikian pula dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan
teknik yang berbeda dalam kelas yang siswanya tergolong aktif dibandingkan
kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru dapat berganti-ganti
teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
- Taktik
pembelajaran
Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam
melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual.
Misalnya terdapat dua orang yang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi
mungkin sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang
satu cenderung banyak diselingi humor karena dia memiliki sense of humor
yang tinggi, sementara yang satunya kurang memiliki sense of humor,
tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia sangat
menguasai bidang multimedia. Dalam gaya pembelajaran akan tanpak keunikan dan
kekhasan masing-masing guru, sesuai kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian
guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pemebelajaran menjadi sebuah ilmu
sekaligus juga sebuah seni (art of teaching).
- Model
Pembelajaran
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik bahkan
taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan utuh, maka
terbentuklah apa yang disebut model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada
dasarnya adalah bentuk pembelajaran yang tergambar sejak awal sampai akhir dan
disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik
pembelajaran.
Berdasarkan strategi pembelajaran di atas maka beberapa
model yang cocok di terapkan di kelas III SD ialah :
a)
Model Pembelajaran Kooperatif
Salah satu upaya untuk mengembangkan potensi siswa dalam
pembelajaran saat ini, khususnya pada mata pelajaran IPS adalah sengan metode pembelajaran
kooperatif (cooperative learning). Pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran yang dilakukan dengan pembagian kelompok belajar dengan memberi
kesempatan kepada setiap peserta didik untuk bekerja sama dengan semua siswa
dalam tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
Menurut Johnson dan Muchtar (2007: 166) pembelajaran
kooperatif artinya belajar bersama-sama, saling membantu antara yang satu
dengan yang lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok
mencapai tujuan atau tugas yang telah di tetapkan sebelumnya. Dalam kegiatan
kooperatif, siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota
kelompok. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk
memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu.
Prosedur cooperative learning didesain untuk mengaktifkan siswa melalui
diskusi dalam kelompok kecil.
Arends (2008: 12) mengungkapkan bahwa ada tiga jenis hasil
yang dapat dicapai siswa melalui pembelajaran cooperative, yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1)
Efeknya pada perilaku kooperatif; berdasarkan hasil
penelitian yang telah di dapat kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif lebih
banyak menghasilkan perilaku kooperatif, baik verbal maupun nonverbal.
2)
Efeknya pada toleransi terhadap keanekaragaman; pembelajaran
kooperatif selain dapat mempengaruhi toleransi dan penerimaan yang lebih luas
terhadap siswa-siswa dengan kebutuhan khusus, pembelajaran ini juga dapat
mendukung terciptanya hubungan yang lebih baik di antara siswa-siswa dengan ras
dan etnik yang beraneka ragam.
3)
Efeknya pada prestasi akademik; salah satu aspek penting
dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa selain pendekatan ini membantu
meningkatkan perilaku koopertif dan hubungan kelompok yang lebih baik diantara
para siswa, pada saat yang sama ia juga membantu siswa dalam pembelajaran
akademiknya.
b)
Pembelajaran Berbasis Inkuiri
Savage dan Amstrong (1996: 237) mengembangkan pendekatan
inkuiri sebagai salah satu bagian dari upaya guru dalam membantu para siswa
sekolah dasar untuk meningkatkan keterampilan berfikir. Pendekatan pembelajaran
inkuiri merupakan model pembelajaran yang berorientasi kepada pengalaman siswa.
Melalui pembelajaran inkuiri, maka guru akan mudah membantu mengembangkan diri
siswa sebagai tanggung jawabnya. Selain itu, dengan pembelajaran inkuiri, akan
memotivasi siswa untuk aktif mencari dan mendapatkan pengetahuan.
Model pembelajaran inkuiri ini memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1.
Sangat memperhatikan proses pengumpulan data dan pengujian
hipotesis
2.
Proses pengumpulan data dilakukan secara sistematis dan
berdasarkan
tradisi keilmuan
disiplin (walauoun perlu adanya penyederhanaan proses
sehingga sesuai
dengan kemampuan peserta didik)
3.
Adanya proses pengolahan data dan pengujian hipotesis (yang
merupakan
suatu keharusan dalam inkuiri dan bukan alternative seperti
pemecahan masalah).
4.
Pembelajaran inkuiri maupun pemecahan masalah mempunyai
keunggulan yang sama yaitu kemampuan berfikir aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi.
5.
Langkah yang dilakukan dalam inkuiri terdiri atas: perumusan
masalah,
pengembangan hipotesis, pengumpulan data, pengolahan data,
pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan.
Tujuan dari
penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri adalah, sebagai berikut :
1.
Mengembangkan sikap, keterampilan, kepercayaan siswa dalam
memecahkan masalah atau memutuskan sesuatu secara tepat
2.
Mengembangkan kemampuan berfikir siswa agar lebih tanggap,
cermat dan nalar (kritis, analitis, dan logis).
3.
Membina dan mengembangkan sikap ingin tahu lebih jauh.
4.
Mengungkapkan aspek pengetahuan maupun sikap.
F.
Strategi Evaluasi
Evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara
spontan dan incidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu
secara terencana, sistematis, dan berdasarkan atas tujuan yang jelas.
Secara umum ada empat jenis evaluasi, yaitu:
1.
Evaluasi Formatif, yaitu penilaian untuk mengetahui hasil
belajar yang dicapai oleh para peserta didik setelah menyelesaikan program
dalam satuan materi pokok pada suatu bidang studi tertentu.
2.
Evaluasi Sumatif, yaitu penilaian yang dilakukan terhadap
hasil belajar peserta didik yang telah selesai mengikuti pembelajaran dalam
satu caturwulan semester, atau akhir tahun.
3.
Evaluasi Penempatan (Placement), yaitu
penilaian tentang pribadi peserta didik untuk kepentingan penempatan di dalam
situasi belajar yang sesuai dengan kondisi peserta didik.
4.
Evaluasi Diagnostik, yaitu penilaian yang dilakukan terhadap
hasil penganalisaan tentang keadaan belajar peserta didik baik merupakan
kesulitan atau hambatan yang ditemui dalam proses pembelajaran.
a.
Ranah Penilaian
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan penjabaran
dari standar isi dan standar kompetensi lulusan. Di dalamnya memuat kompetensi
secara utuh yang merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai
karakteristik masing-masing mata pelajaran. Muatan dari standar isi pendidikan
adalah standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Satu standar kompetensi terdiri dari beberapa kompetensi dasar, dan setiap kompetensi dasar dijabarkan
ke dalam indikator-indikator pencapaian hasil belajar yang dirumuskan atau
dikembangkan oleh guru dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi
sekolah/daerah masingmasing. Indikator- indikator yang dikembangkan tersebut merupakan acuan yang digunakan untuk
menilai pencapaian kompetensi dasar bersangkutan. Teknik penilaian yang
digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik indikator, standar kompetensi
dasar dan kompetensi
dasar yang diajarkan
oleh guru. Tidak
menutup kemungkinan bahwa satu indikator dapat diukur dengan beberapa teknik
penilaian, hal ini karena memuat domain
kognitif, psikomotor dan afektif. Ulangan atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif
peserta didik.
Penilaian satu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan
indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif,
afektif, maupun psikomotor. Ada tujuh
teknik yang dapat digunakan, yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian sikap,
penilaian tertulis, penilaian projek, penilaian produk, penggunaan portofolio,
dan penilaian diri.
b. Instrumen Evaluasi
1)
Evaluasi Jenis Non-Tes
Instrumen non-tes dapat digunakan jika kita
ingin mengetahui kualitas proses dan produk dari suatu pekerjaan serta hal-hal
yang berkenaan dengan domain efektif, seperti sikap, minat, dan motivasi. Pada
prinsipnya setiap melakukan evaluasi pelajaran kita dapat menggunakan teknik tes
dan non-tes, sebab hasil belajar atau aspek-aspek pembelajaran bersifat
ankaragam. Adapun perubahan sikap dan anak dalam psokoligi hanya dapat diukur
dengan teknik non-tes, misalnya observasi, wawancara, skala sikap dll.
· Daftar
Cek (Check-list)
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan
daftar cek (yatidak). Penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek,
peserta didik mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat
diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh
nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak,
misalnya benar- salah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian tidak
terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan
mengamati
subjek dalam jumlah besar
· Skala Penilaian (Rating Scale)
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian
memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi
tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan kategori nilai
lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat
sempurna. Misalnya: 1 = tidak kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 = kompeten dan 4
= sangat kompeten.
· Penilaian Sikap
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait
dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai
ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang.
Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadinya perilaku atau tindakan yang
diinginkan.
Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif,
dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau
penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau
keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah
kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu
berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau
teknik. Teknik teknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan
langsung, dan laporan pribadi.
a.
Observasi Perilaku: Perilaku seseorang pada umumnya
menunjukkan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal.
b.
Pertanyaan langsung: Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap
seseorang berkaitan dengan sesuatu hal.
c.
Laporan pribadi: Melalui penggunaan teknik ini di sekolah, peserta didik
diminta membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya tentang suatu
masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek
sikap.
2)
Evaluasi Jenis Tes
Istilah “tes” berasal
dari perancis yaitu “testum”, berarti
piring yang digunakan untuk memilih logam mulia dari benda-benda lain, seperti
pasir, batu, tanah, dan sebagainya. Dalam perkembangannya, istilah tes di
adopsi dalam psikologi dan pendidikan. Dilihat dari jumlah perserta didik tes
dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: tes kelompok dan tes perorangan. Di lihat
dari kajian psikologi, tes dibagi menjadi empat jenis, yaitu tes inteligensia
umum, tes kemampuan khusus, tes prestasi belajar, dan tes kepribadian.
Tes merupakan suatu
teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran,
yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian
tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur
aspek perilaku peserta didik.
a. Tes Tulisan
(1)
Tes bentuk uraian
Dilihat dari luas sempitnya materi yang ditanyakan, maka tes
bentuk uraian ini dapat dibagi dua bentuk, yaitu uraian terbatas dan uraian
bebas
·
Uraian terbatas
Dalam menjawab soal uraian terbatas ini, peserta didik harus
mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya. Contoh:
a.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan kerja sama
b.
Sebutkan contoh-contoh kerjasama di lingkungan rumah,
sekolah, dan masyarakat
·
Uraian bebas
Dalam bentuk ini peserta didik bebas untuk menjawab soal
dengan cara dan sistematika sendiri contoh:
a.
Bagaimana cara melakukan kerjasama
b.
Bagaimana peran kamu dalam keluarga
(2)
Tes bentuk objektif
·
Benar-Salah
Bentuk tes B-S adalah peenyataan yang mengandung suatu
kemungkinan jawaban yaitu benar atau salah. Peserta didik diminta untuk
menetukan pilihannya mengenai pernyataan-pernyataan. Contoh:
B-S : Kemerdekaan
Indonesia tanggal 17 Agustus 1995
B-S
: Mata uang Negara Indonesia adalah Rupiah
·
Pilihan Ganda
Soal
tes bentuk pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang
kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Contoh :
Seseorang
yang bekerja mengendarai kereta disebut ?
a.
Guru
b.
Polisi
c.
Masinis
d.
Dokter
·
Menjodohkan
Soal
tes bentuk menjodohkan sebenarnya masih merupakan bentuk pilihan ganda.
Perbeaannya adalah pilihan ganda terdiri atas stem dan option, kemudian peserta
didik tinggal memilih salah satu option yang dianggap tepat, sedangkan yang
menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya
dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda yaitu, kolom sebelah kiri menunjukan
kumpulan persoalan dan kolom sebelah kanan kumpulan jawaban. Contoh :
a.
Tanggal kemerdekaan Indonesia a. Rupiah
b.
Presiden Indonesia pertama b.
17 Agustus 1945
c.
Mata uang Indonesia c.
Soekarno
·
Melengkapi
Contoh
:
a.
Membantu orangtua adalah …. kita sebagai anak
b.
Kebersihan sebagian dari ...
b)
Tes Lisan
Tes Lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta
didik dalam bentuk lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan
kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan atau perintah yang diberikan.
Tes
Lisan dapat berbentuk seperti berikut:
1.
Seorang guru menilai seorang peserta didik
2.
Seorang guru menilai sekelompok peserta didik
3.
Sekelompok guru menilai seorang peserta didik
4.
Sekelompok guru menilai sekelompok peserta didik
c)
Tes Perbuatan
Tes Perbuatan atau tes praktik adalah tes yang menuntut
jawaban peserta didik dalam bentuk prilaku, tindakan, atau perbuatan.
Contoh:
Petunjuk
:
Berilah
penilaian menggunakan tanda cek (√) pada setiap aspek yang tertera dibawah ini
sesuai dengan tingkat penguasaan pserta didik.
Keterangan
nilai:
SB
= Sangat Baik
B
= Baik
C
= Cukup
K
= Kurang
SK
= Sangat Kurang
No.
|
Aspek yang diamati
|
SB
|
B
|
C
|
K
|
SK
|
1
|
Tahapan berbicara
|
|
|
|
|
|
2
|
Cara bersosialisasi
|
|
|
|
|
|
3
|
Perkembangan
|
|
|
|
|
|
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam pembelajaran IPS guru harus mengetahui Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang ada di kurikulum yang digunakan
baik KTSP maupun Kurikulum 2013. Setelah mengetahui SK dan KD guru harus bisa
membuat silabus dan RPP untuk proses pembelajaran, selain itu guru pun harus
membuat Indikator karena Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik,
mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata
kerja operasional yang terukur dan/atau dapat di observasi. Idikator yang di
buat pun harus disesuaikan dengan materi IPS yang ada dan disesuaikan dengan
kondisi dan karakteritik peserta didik.
Agar kompetensi
pembelajaran IPS dapat tercapai guru harus memperhatikan: Pendekatan
pembelajaran, Strategi pembelajaran, Metode pembelajaran, Teknik pembelajaran, Taktik pembelajaran, dan Model pembelajaran.
Alat evaluasi yang
dapat digunakan guru yaitu jenis tes dan jenis non-tes.
1.
Jenis
Tes, digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik yang
mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap, bakat (intelegensi).
2.
Jenis
Non Tes, digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik yang
mencakup aspek sikap, minat, kepribadian peserta didik, wawancara, angket
dan observasi.
B.
Saran
Dalam upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran
pada mata pelajaran IPS guru Sekolah Dasar hendaknya menerapkan model-model
pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan. Di
butuhkan guru yang kreatif agar dapat mengembangkan pembelajaran IPS menjadi
pembelajaran yang terarah dan tidak membosankan.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin Zainal, 2014. Evaluasi Pembelajaran, Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Susanto Ahmad, 2014. Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP
Khoiru Ahmadi Lif, DKK. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher
Suranti dan Setiawan Eko, 2009. Buku Sekolah Elektronik Ilmu Pengetahuan Sosial, Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional